Kamis, 02 April 2015

Puisi Dibalik Hijrahku



Kisah Dibalik Hijrah Ku
Pagi itu, aku amati diriku di depan cermin, ku lihat sosok wanita disana. Wanita dengan jilbab yang tipis dan transparan, serta celana jeans dan baju ketat yang membuat orang dapat melihat lekuk tubuhnya. Timbul sebuah pertanyaan dalam hatiku, “siapakah aku?  dengan gaya pakaian yang seperti ini, apa yang dapat aku pertanggung jawabkan suatu saat nanti?” Pertanyaan-pertanyaan itu muncul bak menghakimiku. Mengingatkanku dengan perkataan seorang kakak yang mengusikku sejak kemarin.
Siang itu, aku menghadiri sebuah kajian kemuslimahan yang dikhususkan dan wajib diikuti oleh semua mahasiswa baru. Aku pergi bersama kakak mentor Pendikar, karena kebetulan tempat tinggal kami berdekatan.  Sesampainya di Masjid tempat kajian berlangsung, kami mengambil posisi tempat duduk di urutan ke-2 dari depan, dengan harapan dapat memahami materi yang disampaikan nanti. Tak lama setelah kami masuk, acara kajian pun dibuka oleh moderator dengan membaca Basmallah dan Tilawah. Kemudian, sang moderator segera memperkenalkan pemateri kepada kami, nampak terlihat jelas olehku sosok wanita muslimah mengenakan gamis dan jilbab yang lebar menutupi dada, simple dan yang pasti tidak transparan, tapi tetap terkesan anggun dan cantik. Aku pandangi sosok itu, lama sekali. Terbersit pertanyaan di hati “bisakah aku hijrah menjadi seorang muslimah seperti kakak ini?” lamunanku terhenti karena kak tutor menegurku,
“zara, ngapa melamun??, catat materinya ya, dan dimengerti..!” pesan kakak.
Aku tersenyum sembari menganggukkan kepala.
Sepulangnya aku dari kajian tersebut, aku jadi sering melamun sendiri tak jelas.
Sore ini, selepas pulang kuliah, seperti biasa aku kembali ke kos-an jalan kaki. Memang sebenarnya jarak dari kampus ke kos ku lumayan jauh, namun hal itu tak mematahkan semangatku untuk tetap berangkat kuliah. Karena bisa kuliah saja aku bersyukur, dengan latar belakang orang tua yang tak mungkin bisa menguliahkan anaknya. Setibanya di kos, aku langsung duduk dan minum air putih karena sangat lelah. Dan lagi-lagi aku teringat dengan materi yang diberikan oleh pemateri pada saat kajian itu, tentang QS. An-Nuur:31, yang berisi tentang 4 perintah kepada wanita:
1.      Perintah untuk menahan pandangannya dari yang diharamkan oleh Allah, swt.
2.      Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.
3.      Larangan untuk menampakkan perhiasan, kecuali yang biasa nampak (wajah dan telapak tangan).
4.      Perintah menutup khimar(hijab) hingga dada.
Dan lagi-lagi hati kecilku bertanya “sampai kapan aku tetap sepwrti ini, memakai jilbab tapi transparan, berpakaian ketat, bukankah lekuk tubuh juga termasuk aurat??”. Belum sempat aku dapat menjawab pertanyaan dari hati kecilku itu, tiba-tiba sapaan shyfa, teman satu kos ku membuyarkan lamunanku, yang kebetulan dia juga baru pulang dari kampusnya.`
            “Assalamualaikum....., ucapan salam shyfa yang sontak mengagetkanku.
“Waalaikumsalaam warahmatullahi wabarakatuh..”, jawabku spontan.
            “Ada apa ra, kok sore-sore gini melamun, ntar kesambet tau rasa lo...!!”, ledeknya.
“eee.... nggak ni, Cuma sedikit galau aja fa, baru pulang kah??, jawabku.
            “iya ni, tadi ada praktikum, hemm... galau kenapa ra, jangan bilang karena pacar”,,, lagi-lagi shyfa meledekku.
“Pacar??? Sejak kapan zara punya pacar fa. Fa, menurutmu, bagaimana dengan pakaian dewi sekarang??”
            Shyfa tersenyum sebelum menjawab pertanyaanku. “maksudmu gimana ra? Shyfa gak ngerti”. Jawabnya dengan heran.
“emm... gini fa, seperti yang kita sudah dapat dari kajian, bahwa seorang wanita dilarang menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak. Lalu dengan pakaianku sekarang ini, apa komentarmu??” sedikit serius.
            Shyfa tersenyum dan sembari berjalan kearahku dan duduk di sampingku. “kalau menurut shyfa, sebaiknya kamu ikuti apa yang diperintahkan oleh Allah, jangan dengarkan apa kata orang. Toh, lebih bangga cantik di depan Allah, daripada di depan orang”.
“ok deh fa, mulai besok akan ku coba saran mu, tapi janji ya jangan di ledekin??
            “kenapa harus diledekin ra? Aku bangga malah temanku mau berubah. Toh, aku juga sama.
“Makasih ya fa atas sarannya, dan makasih udah mau dengerin ceritaku”.
            “Ok dech... sama-sama, selamat berhijrah ya ukhti, mudah-mudahan istiqamah”, ucapnya. Lagi-lagi dengan gaya dan nada yang meledek.

            Keesokan harinya, ku mulai dengan apa yang sudah aku niatkan kemarin. Lalu dalam hati ku berkata “inilah aku sekarang, wanita yang biasa-biasa saja, namun mencoba untuk menjadi seorang muslimah yang luar biasa”. Dan syukurlah,teman-teman satu kelas tak ada satupun yang mengejekku, bahkan mereka sangat mendukung. Namun, berat aku rasa, karena aku yang tak pernah memakai rok kecuali sekolah saja saat SMK, bahkan karena bandel, sekolah saja terkadang pakai celana. Namun kini belajar menggunakan rok. Bahkan, satu helai rok pun aku tak punya,kecuali rok sekolahku dulu.
            Bersyukur sekali, di kampusku ada suatu organisasi islam yang bernama Asy-syajaroh, dan ada 1 program, yaitu STUDIKA. Studika adalah suatu bentuk kegiatan mentoring yang dijadikan sebagai sarana atau fasilitator untuk peserta, khususnya mahasiswa baru (maba) beragama islam yang baru mengenal dunia kampus. Dalam program studika ini, kami dibagi menjadi beberapa kelompok ikhwan dan akhwat. Dalam kelompokku sendiri terdiri dari 14 anggota, dan di bimbing oleh 2 kakak mentor.
            Pagi itu, setibanya aku di kampus, aku langsung membaca nama-nama pembagian kelompok studika di mading umum Asy-syajaroh, bersama 1 kakak yang aku pun belum tau siapa nama kakak itu. Saat aku baca pembagian kelompok, aku membaca 2 nama kakak mentor kelompokku, sebenarnya nama itu tak asing bagiku, namun aku belum tahu yang mana pemilik nama-nama itu. Kemudian aku pun memberanikan diri untuk bertanya kepada kakak yang ada tepat di sebelahku.
“ Maaf kak, boleh tanya, yang mana ya yang namanya kak Nia, saya belum tau”, tanyaku.
“ada apa ya dek, adek nya kak Nia kah?, kakak kembali bertanya padaku.
“emm... iya kak, yang mana ya kak? Lagi-lagi aku bertanya.
“ Kak nia tu, yang tinggi, putih, hidungnya mancung, yang pasti cantik lah dek, nanti adek pasti tahu yang mana kak nia, tapi hati-hati dek, kakak itu cantik-cantik tapi kalo ngomong pedes”. Ucap kakak itu padaku, sambil melepaskan senyum.
“masa kak? Tanyaku lagi dan agak sedikit kepo.
“iya dek, atau adek langsung hubungi aja nomer hp kakaknya”, saran kakak.
“ohh iya kak, makasih kak. Maaf kalau udah ganggu waktu kakak nii.., sok sopan gitu deh, namanya juga maba. Heheee
“sama-sama dek....” kakak pun pergi meninggalkanku sendiri di depan mading.
Tinggallah aku seorang diri di depan mading. Sambil masih terngiang ucapan kakak tadi “cantik tapi pedess...”, dalam benakku bertanya, “apa bener ya yang dibilang kakak tadi, mudah-mudahan itu Cuma nakut-nakutin aja”.  Tak lama aku sendiri, tiba-tiba datang desti, teman sekelasku.
“Hai ra, sendiri aja nih?? Lagi apa ni...” sapa nya padaku sambil berjalan mendekatiku.
“emm... nggak, Cuma liat nama-nama kelompok studika kita, sekalian nyatat nomer hp kakak mentor kita”.
“ohh... ya udah, masuk yuukk,, bentar lagi dosennya datang’, ajak nya.
Kami berdua pun masuk ke kelas untuk mengikuti kuliah.
Pada saat pertemuan awal Studika, ternyata yang mengisi kegiatan kami adalah kakak pendamping kak Nia, yaitu kak Erma. Kak erma Cuma mengajak kami kenalan dan menjelaskan tentang amal yaumi, serta memberi kabar bahwa kak Nia berhalangan hadir dikarenakan beliau sakit. Dalam hati aku pun berdoa mudah-mudahan kakak cepat diberi kesembuhan dan minggu depan bisa bertemu dengan kami.
Syukurlah, pada saat pertemuan ke-2, kak Nia bisa hadir memberikan materi kepada kami, tanpa teman-temanku ketahui, sebenarnya aku deg-deg an. Karena masih teringat ucapan kakak saat di mading umum asy-syajaroh.
Subhanallah...... ternyata benar ciri-ciri yang disebutkan kakak itu, kak Nia memang muslimah yang cantik, bahkan beliau juga baik, asyik, dan gak ngebosenin. Beliau pantas dijadikan teladan dech...!! sejak awal pertemuanku dengan kak nia, I’m Falling In Love sama kakak,( Jiahhh....lebay kan??)
Etss... jangan salah tafsir ya.. jatuh hati disini lebih pada kagum, wajar dong kalau kagum sama seorang wanita muslimah yang taat beribadah, pokoknya susah deh disebutin. Cuma dengan melihat penampilan kakak, membat aku semakin bersemangat untuk hijrah menjadi yang lebih baik lagi.
Tiba pada suatu saata dimana hanya ada kami berdua, yaitu aku dan kak Nia di musholla. Kami pun berbincang-bincang,
            “kak, Alhamdulillah, zara sedang dalam proses belajar pakai jilbab sesuai syariat agama islam, zara mohon bimbingan dari kakak”, pintaku pada kakak mengawali percakapan kami.
Kak nia menatapku dalam, sambil melemparkan senyum yang subhanallah, manis sekali sambil berkata “dek, intinya adek sudah mau berubah, dan intinya jaga dan pertahankan terus jilbab adek ni, dan jaga hijab kita sama yang bukan mahram, jauhi pacaran dek, apalagi adek pegang-pengangan tangan sama ikhwan. Karena asal adek tahu, laki-laki tu awalnya pegang tangan, tapi nanti ujung-ujungnya bla...bla..bla... (isi sendiri yaa)”, jelas kakak.
Aku pun terdiam, sambil berpikir dalam hati “Alhamdulillah udah lama ini tak pacaran, namun,kalau masih tak bisa melupakan mantan, dan masih ada rasa, apakah itu masih dosa?? Padahal telah banyak cara untuk melupakannya, namun tak satupun berhasil”.
Namun, tiba-tiba kakak membuyarkan pikiranku, “dek, kok malah diem melamun sendiri, kakak di cuekin? Mikirin apa?, pertanyaan kakak yang sempat membuat aku kaget.
“emm... enggak kok kak, Cuma dengerin kakak ngomong aja. Kak, zara masukkuliah dulu ya, mungkin bentar lagi dosennya datang”, aku pun berpamitan untuk masuk kelas dengan tak lupa bersaaman dengan kak Nia.
            Subhanallah.....banyak ilmu dan pengalaman yang ku dapat dari studika sendiri, khususnya dari kak nia, baik itu dari materi yang beliau sampaikan, perilaku beliau, nasehat beliau, bahkan bisa dibilang aku tak pernah absen untuk membaca postingan-postingan beliau di social media. Kegiatan studika juga dapat dijadikan wadah bertukar pikiran, mendapat berbagai informasi dan juga melatih “Public Speaking” kita lho... Dengan adanya studika, aku jadi lebih dekat dengan teman satu kelompokku, jadi ada temen buat sharing-sahring, baik dalam urusan kampus maupun masalah pribadi.  kegiatan studika atau mentoring merupakan suatu bentuk perbaikan individu, karena individu atau mahasiswa dalam konteks dakwah kampus perlu dibina sejak dini agar ia sebagai pribadi memiliki kepahaman keislaman yang komprehensif.
            Intinya, aku bisa hijrah menjadi diriku saat ini,  karena Allah, swt. Masih mau melihat aku untuk lebih baik, dengan jalan mengirim kakak yang baik hati untuk membimbingku menjadi lebih baik”.


SEKIAN DAN TERIMAKASIH





Rabu, 04 Maret 2015



TUGAS INDIVIDU
MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR
PEMUDA DAN SOSIALISASI


Di susun oleh:

NAMA                                   :DEWI FATMAWATI
NIM                                        :G1011141040
NO. DPNA                             :6


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015


DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISI................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.I.       Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
1.2.      Rumusan Masalah…………………….............................................. 5
1.3.      Tujuan Makalah................................................................................. 5
1.4       Metode Penelitian………………………………………………….. 5
1.5       Manfaat Penelitian…………………………………………………  5
 BAB II   PEMBAHASAN.......................................................................       6
2.1.      Sosialisasi Pemuda…………………………………………………  6
2.2.      Tujuan Pokok Sosialisasi...................................................................  9
2.3.      Peranan pemuda dalam pembangunan  masyarakat bangsa dan budaya ……………………………………….........................................................   9
2.4       Potensi-potensi generasi muda……………………………………    10
2.5       Pengembangan potensi generasi muda……………………………   10
2.6       Masalah – Masalah generasi muda………………………………..    11
2.7       Faktor penyebab permasalahan pemuda…………………………..   12
2.8       Usaha menanggulangi permasalahan pemuda……………………     13
2.9       Perguruan dan Pendidikan…………………………………………  14
BAB III PENUTUP.....................................................................................  15
3.1       Kesimpulan………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................   17






KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim….
            Segala puji bagi Allah Tuhan senesta alam. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Penulis bersyukur kepada Ilahi Rabbi atas segala limpahan Rahmat, inayah, taufik serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat doipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk bagi pembaca untuk lebih mengetahui masalah pemuda dan sosialisasi.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang se dalam-dalamnya kepada:
1. prof. Mashudi selaku Dosen pengampu Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
2. Teman teman serta rekan yang telah memberikan dorongan dan ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Harapan saya semoga makalah ibni membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.




                                                                                    Pontianak, …..januari 2015

                                                                                                Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Telah kita ketahui bahwa pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai, hal ini merupakan pengertian idiologis dan kultural daripada pengertian ini. Didalam masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karma pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.
Pemuda adalah golongan manusia manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.
Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga ini merupakan proses yang disebut dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi.
Pemuda dalam pengertian adalah manusia-manusia muda, akan tetapi di Indonesia ini sehubungan dengan adanya program pembinaan generasi muda pengertian pemuda diperinci dan tersurat dengan pasti. Dilihat dari segi budaya atau fungsionalnya maka dikenal istilah anak, remaja dan dewasa, dengan perincian sebagia berikut :
Golongan anak            : 0-12 tahun
Golongan remaja         :13-18tahun
Golongan dewasa       : 18 (21) tahun keatas



Usia 0-18 tahun adalah merupakan sumber daya manusia muda, 16 – 21 tahun keatas dipandang telah memiliki kematangan pribadi dan 18(21) tahun adalah usia yang telah diperbolehkan untuk menjadi pegawai baik pemerintah maupun swasta.
Dilihat dari segi ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang berusia 18 – 30 – 40 tahun, karena merupakan calon pengganti generasi terdahulu dan bersifat dewasa tidak bersifat anak-anak. Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada terdiri atas 3 katagori yaitu :
1.   Siswa, usia antara 6 – 18 tahun, masih duduk di bangku sekolah
2.   Mahasiswa usia antara 18 – 25 tahun beradi di perguruan tinggi dan akademi
3.   Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi yaitu mereka yang berusia 15 – 30 tahun keatas.
Akan tetapi, apabila melihat peran pemuda sehubungan dengan pembangunan, peran itu dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan lingkungan. Pemuda dalam hal ini dapat berperan sebagai penerus tradisi dengan jalan menaati tradisi yang berlaku
2. Didasarkan atas usaha menolak menyesuaikan diri dengan lingkungan. Peran pemuda jenis ini dapat dirinci dalam tiga sikap, yaitu : pertama jenis pemuda “pembangkit” mereka adalah pengurai atu pembuka kejelasan dari suatu masalah sosial. Mereka secara tidak langsung ktu mengubah masyarakat dan kebudayaan. Kedua pemuda pdelinkeun atau pemuda nakal. Mereka tidak berniat mengadakan perubahan, baik budaya maupun pada masyarakat, tetapi hanya berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat dengan melakukan tidnakan menguntungkan bagi dirinya, sekalipun dalam kenyataannya merugikan. Ketiga, pemuda radikal. Mereka berkeinginan besar untuk mengubah masyarakat dan kebudayaan lewat cara-cara radikal, revolusioner.
Pemuda adalah jiwa seorang insan manusia yang memiliki ketangguhan dan semangat yang tinggi dalam memperjuangkan revolusi dan renovasi peradaban bangsanya menuju arah yang lebih baik. Dengan kecerdasan intelektualnya, dia dapat melihat segala bentuk permasalahan secara menyeluruh sehingga sering muncul ide-ide brilian sebagai solusi dari permasalahan yang ada.
Dengan ketajaman mata hatinya, dia dapat melihat celah-celah kenistaan dan kekejian yang ada disekitarnya untuk segera ia perbaiki menjadi celah-celah yang mengeluarkan sinar kebaikan. Dengan kekuatan fisiknya, dia dapat melumpuhkan mesin-mesin tirani dan monster-monster kebiadaban yang senantiasa menghancurkan sendi-sendi keadilan dalam masyarakat. Dengan keceriaan wajahnya, ia dapat menghibur lingkungan sekelilingnya dengan lampu-lampu kebahagiaan.
 Dengan kebersihan hatinya, dia senantiasa melakukan yang terbaik bagi bangsa dan agamanya tanpa putus asa dan pamrih. Dengan kekuatan spiritualnya, dia meyakini segala upaya pengorbanan merupakan aktivitas ibadah yang akan menjadi batu bata Istananya di surga kelak.
Dengan segenap potensi dan kekuatan ini, dia merupakan matahari yang siap mengeluarkan energi terbesarnya untuk mengawali secercah sinar kebangkitan bagi bangsa dan nusa. Sebagaimana sebuah pepatah bahasa Arab, ‘Kebangkitan sebuah bangsa terletak pada telapak tangan para pemuda-pemudanya’.
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya. Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli
a.    Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
b.   Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
c.    Paul B. Horton
     Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
d.   Soerjono Soekanto
     Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya gar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial. Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. 
Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
1. Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya
2. Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial


Bertitik tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10 tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal atau informal untuk berperan sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi pemuda.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang uraian di atas maka kami akan mengambil judul Pemuda dan Sosialisasi.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses sosialisasi pemuda ?
2.      Apa tujuan pokok sosialisasi ?
3.      Apa peranan pemuda dalam masyarakat ?
4.      Apa saja potensi generasi pemuda ?
5.      Bagaimana pengembangan potensi generasi muda ?
6.      Apa saja masalah generasi muda ?
7.      Apa faktor penyebab permasalahan generasi pemuda ?
8.      Apa saja usaha untuk menanggulangi masalah generasi muda ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasi pemuda.
2.      Untuk mengetahui apa tujuan pokok sosialisasi.
3.      Mengetahui apa peranan pemuda dalam masyarakat.
4.      Mengetahui apa saja potensi generasi pemuda.
5.      Mendeskripsikan bagaimana pengembangan potensi generasi muda.
6.      Mengetahui apa saja masalah generasi muda.
7.      Untuk mengetahui apa faktor penyebab permasalahan generasi pemuda.
8.      Untuk mengetahui apa saja usaha untuk menanggulangi masalah generasi muda.
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini merupakan tinjauan kepustakaan yang bertujuan untuk mempelajari buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti karena penyusun tidak melakukan tinjauan secara langsung terhadap objek pengamatan.


1.5 Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintahan
Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas pemuda di Indonesia agar memiliki karakter yang lebih baik.
2. Bagi Dosen
Bisa dijadikan sebagai acuan dan sumbangsih dalam mengajar terutama pada materi ini agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
3.   Bagi Mahasiswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sosialisasi Pemuda
Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial.
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
1. Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya
2. Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial.
Bertitik tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10 tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal atau informal untuk berperan sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi pemuda.
Proses sosialisasi juga adalah proses pembentukan sikap loyalitas sosial. Loyalitas sosial atau kesetiaan sosial adalah perkembangan dari sikap saling menerima dan saling memberi kearah ang lebih baik. Kita sangat mudah melihatnya pembentukan kesetiaan sosial ini adalah dalam keluarga. Setiap anggota keluarga selalu setia sesamanya. Di dalam kelompok dan masyarakat juga kesetiaan sosial ini berkembang, sebagai dasar kesatuan dan persatuan dalam masyarakat. Dengan kata lain kesetianan sosial berkembang mulai dari kelompok yang sederhan hingga kelompok yang lebih luas.
Ada minimal tiga hal yang harus dilakukan agar tumbuh dan kembangnya sikap loyalitas sosial ini yakni :
Pertama kita harus saling berkomunikasi baik dalam keadaan berdekatan ataupun dalam keadaan berjauhan (tempat tinggal). Dengan komunikasi yang teratur kita akan saling mengetahui kabar dan berita di antara kita. Sakit atau senang diantara kita dapat dengan cepat kita mengetahuinya.
Kedua, sering bekerja sama menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Misalnya bergotong royang atau melakukan arisan. Kerja sama dapat saja dilakukan dalam kelompok kecil(minimal dua orang) atau pun dalam kelompok yang besar (yang jumlah anggotanya banyak).
Ketiga, dalam kehidupan atau pergaulan sesama kita, sikap tolong menolong harus dikembangkan. Berbagai kesulitan hidup yang kita alami pantas kita minta tolong kepada orang lain atau teman. Begitu pula sebaliknya bila kawan kita yang mengalami kesusahan wajib pula kita membantunya. Tentu saja dasarnya adalah suka saling menerima dan memberi.
Menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam tahap-tahap sebagai berikut.
1.   Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami manusia sejak dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita. Makna kata tersebut juga belum dipahami dengan tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata “makan” tersebut dengan cara menghubungkannya dengan kenyataan yang dialaminya.
2.   Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan:
a.    Semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.
b.   Mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tua, kakak, dan sebagainya.
c.    Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini.
d.   Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan pertahanan diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai (Significant other).
3.   Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
4.   Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
2.2 Tujuan Pokok Sosialisasi
a.    Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
b.   Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
c.    Pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
d.   Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
2.3 Peranan Pemuda Dalam Pembangunan Masyarakat ,Bangsa dan Negara
Dalam hubungannya dengan sosialisasi geenerasi muda khususnya mahasiswa telah melaksanakan proses sosialisasi dengan baik dan dapat dijadikan contoh untuk generasi muda, mahasiswa pada khususnya pada saat ini.
Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan pengorbanan yang tinggi. Oleh karena segera setelah proklamasi pemuda Indonesia membentuk organisasi yang bersifat politik maupun militer, diantaranya KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang didirikan oleh mahasiswa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
KAMI menjadi pelopor pemdobrak kearah kehidupan baru yang kemudian dikenal dengan nama orde baru (ORBA). Barang siapa menguasai generasi muda, berarti menguasai masa depan suatu bangsa, demikian bunyi suatu pepatah. Berarti masa depan suatu bangsa itu terletak ditangan generasi muda.
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai :
a.    Agent of change
b.   Agent of development
c.    Agent of modernization
Sebagai agent of change, mahasiswa bertugas untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam masyarakat kearah perubahan yang lebih baik. Sedangkan agent of development, mahasiswa bertugas untuk melancarkan pembangunan di segala bidang, baik yang bersifat fisik maupun non fisik.Sebagai agent of modernization, mahasiswa bertugas dan bertindak sebagai pelopor dalam pembahruan.
2.4 Potensi-Potensi Generasi Muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut :
1.      Idealisme dan daya kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru. Pengejawantahan idealisme dan daya kritis perlu dilengkapi landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.
2.      Dinamika dan kreativitas
Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan yang ada ataupun mengemukakan gagasan yang baru.
3.      Keberanian mengambil resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan. Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung resiko. Untuk itu diperlukan kesiapan pengetahuan, perhitungan, dan keterampilan dari generasi muda sehingga mampu memberi kualitas yang baik untuk berani mengambil resiko.
2.5 Pengembangan Potensi Gener asi Muda
Generasi muda memiliki peranan penting dalam memajukan dan meningkatkan pembangunan. Begitu banyak potensi yang dimiliki oleh generasi muda, mereka mampu berkarya dan berekspresi dengan bebas ,tetapi masih dalam lingkup yang sewajarnya dan tidak menyalahi aturan. Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga, orang tua dapat mengembangkan potensi anak mereka sejak berusia balita, orang tua dapat mengarahkan apa dan kemana potensi yang dimiliki oleh anak mereka sehingga lahirlah generasi muda yang memiliki potensi sesuai minat masing-masing anak.
Generasi muda dapat mengembangkan potensi mereka melalui hoby atau kesenangan masing-masing, contohnya jika anak menyukai musik maka ia bisa mengembangkan potensinya dengan membuat sebuah band atau mengikuti kursus bermain musik sehingga potensi anak tersebut redup tanpa ada perkembangan.
Potensi generasi muda juga dapat membangun rasa bangga pada diri sendiri. Keluarga dan negara juga merasa bangga atas potensi yang dimiliki oleh anggota keluarga atau sebagai masyarakat. Tapi bagaimana jika generasi muda saat ini mengisi hari mereka dengan hanya menghabiskan uang orang tua dengan membeli barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan, Sex di luar nikah, penyalahgunaan obat narkotika tak dapat dihindari, mabuk-mabukan (minum-minuman keras), dan masih banyak lagi hal-hal lain yang sangat menyedihkan. Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan orang tua dapat mengarahkan sejak dini kemana arah yang paling tepat dan baik untuk perkembangan anak mereka sehingga generasi muda dapat memiliki potensi yang sangat berguna bagi nusa dan bangsa.
Di negara-negara maju, salah satu di antaranya adalah Amerika Serikat, para mahasiswa sebagai bagian generasi muda, didorong, dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba menciptakan suatu ide / gagasan yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk barang, dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri.
2.6 Masalah-Masalah Generasi Muda
Generasi muda dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menghadapi berbagai permasalahan yang perlu diupayakan penanggulangannya dengan melibatkan semua pihak. Permasalahan umum yang dihadapi oleh generasi muda di Indonesia dewasa ini antara lain sebagai berikut :
1.      Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme dikalangan masyarakat, termasuk jiwa pemuda.
2.      Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
3.      Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik formal dan informal. Tinggimya jumlah putus sekolah yang tidak hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan bangsa.
4.      Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran dikalangan generasi muda mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
5.      Kurangnya gizi yang menghambat perkembangan kecerdasan, dan pertumbuhan.
6.      Masih banyaknya perkawinan dibawah umur.
7.      Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Zat Adiktif lainnya yang merusak fisik dan mental bangsa.
8.      Masih adanya anak-anak yang hidup menggelandang.
9.      Pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala penyimpangan perilaku (Deviant behavior).
10.  Masuknya budaya barat (Westernisasi Culture) yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang dapat merusak mental generasi muda.
11.  Masih merajalelanya kenakalan remaja dan permasalahan lainnya. Permasalahan tersebut akan berkembang seiring dengan perkembangan jaman apabila tidak diupayakan pemecahannya oleh semua pihak termasuk organisasi masyarakat, diantaranya KARANG TARUNA .

2.7 Faktor Penyebab Permasalahan Pemuda
1. Kurang dalam mengendalikan diri
Dalam hal ini kita melibatkan keluarga karena keluarga merupakan tempat awal seorang remaja membentuk karakter . Disini peran orang tua sangat mempengaruhi perkembangan remaja dalam mengendalikan diri , orang tua bukan hanya memberikan penjelasan tentang nilai sosial (baik buruknya suatu perbuatan) tapi juga memberikan suatu contoh perbuatan yang dapat dicontoh oleh remaja tersebut sehingga ketika remaja sudah berada dilingkup sosial yang lebih luas contohnya masyarakat , remaja tersebut akan terbiasa melakukan sama seperti apa yang dicontohkan oleh orang tuanya.
2. Kurang masa bersama keluarga
Meluangkan waktu sejenak untuk berkumpul bersama keluarga merupakan hal kecil yang mempengaruhi perkembangan remaja diluar karena pada saat seperti inilah masing-masing anggota keluarga menceritakan masalah kepada orang tua atau orang yang lebih tua didalam keluarga tersebut demi mendapat sebuah solusi yang benar . Karena banyak faktor remaja melakukan hal negatif adalah karena jarangnya meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga dengan alasan orang tua bekerja dan sibuk dengan urusan lain, jika didiamkan begitu saja remaja tidak mendapat teman untuk menceritakan masalah yang dihadapinya sehingga remaja mencari jalan keluarnya sendiri yang menurutnya benar dan tak jarang dari keputusan itulah dapat mengorbankan orang lain .
3. Masalah ekonomi keluarga
Keluarga miskin mungkin tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan pendidikan sempurna kepada anak. Makanan dan minuman , tempat kediaman serta kesehatan yang memadai. Faktor inilah yang mendorong remaja untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya atau mencuri milik orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dan hal ini akan terus meningkat ke arah yang lebih ekstrim jika dibiarkan seperti menghilangkan nyawa orang lain demi suatu hal yang diinginkannya .
2.8 Usaha Menanggulangi Permasalahan Pemuda
Cara yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu orang tua harus sering menasehati, memberi bimbingan, dan memberi pengarahan kepada anaknya agar menjadi pemuda yang mudah bersosialisasi dan bisa hidup mandiri tanpa upaya dan dana orang tuanya. Hal ini bergantung pada diri pemuda itu sendiri. Jika menurut mereka nasehat tersebut dapat membantu untuk mengatasi permasalahannya, maka mereka akan melakukannya. Dan jika mereka tidak membutuhkan nasehat, maka mereka tidak akan melakukannya. Tetapi pemuda yang baik adalah pemuda yang selalu mendengarkan nasehat - nasehat yang baik dari orang tuanya.
Setelah memberi tanggapan untuk mengatasi permasalahan.pemuda dalam generasi nasional, diharapkan pemuda - pemuda dapat meningkatkan sikap kedewasaannya dalam hal ekonomi dan psikologi. Masyarakat pun akan bangga. Begitu pun bagi orang tua, akan merasa bangga. Karena mereka memiliki anak yang baik dan bisa diandalkan sebagai penerus bangsa. Dan semoga hal ini lebih baik lagi di masa mendatang.
2.9 Perguruan dan Pendidikan
Arti penting dari pendidikan adalah sebagai upaya untuk terciptanya kualitas sumber daya manusia, sebagai prasarat utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunannya secara ‘self propelling’ dan tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah dan mutu (termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya. Modernisasi Jepang agaknya merupakan contoh prototipe dalam hubungan ini.
Masalah pendidikan bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan membentuk manusia-manusia membangun. Dan untuk itu diperlukan kebijaksanaan terarah dan terpadu di dalam menangani masalah pendidikan ini. Rendahnya produktivitas rata-rata penduduk, banyaknya jumlah pencari kerja, “Under utilized population”, kurangnya semangat kewiraswastaan, merupakan hal-hal yang memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh.
Sebab hal itu semua akan berarti belum terlepasnya Indonesia dari belenggu keterbelakangan dan kemiskinan sebagaimana diharapkan pendidikan yang dapat mengembangkan semangat “inner will peningkatan kemampuan diri dan bangsa” yang terpencar dalam pembangunan pendidikan mental, intelektuan dan profesional bagi seluruh penduduk dan pemuda Indonesia.
Sebagai satu bangsa yang menetapkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan negara Indonesia, maka pendidikan nasional yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan dengan tujuan menurut Pancasila. Dalam implementasinya, pendidikan tersebut diarahkan menjadi pendidikan pembangunan, satu pendidikan yang akan membina ketahanan hidup bangsa, baik secara fisik maupun secara ideologis dan mental. Melalui pendidikan itu diharapkan bangsa Indonesia akan mampu membebaskan diri dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan, melalui suatu alternatif pembangunan yang lebih baik, serta menghargai kemajuan yang antara lain bercirikan perubahan yang berkesinambungan.
Untuk itu maka diperlukan adanya perubahan-perubahan secara mendasar dan mendalam yang menyangkut persepsi, konsepsi serta norma-norma kependidikan dalam kaitannya dengan cita-cita bermasyarakat Pancasila. Dalam hal ini kiranya pemerintah telah cukup berhasil dalam menegakkan landasan-landasan ideal serta landasan koseptual terhadap pembaharuan pendidikan menuju sistem pendidikan nasional yang tepat arah dan tepat guna.
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
1.      Menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam tahap-tahap sebagai berikut : tahap persiapan (preparatory stage), tahap meniru (play stage), tahap siap bertindak (game stage), dan tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage).
2.      Tujuan pokok sosialisasi adalah individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat, individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya, pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat, dan bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
3.      Peranan pemuda dalam pembangunan masyarakat adalah sebagai agent of change, agent of development, dan agent of modernization.
4.      Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah idealisme dan daya kritis, dinamika dan kreativitas, dan keberanian mengambil resiko.
5.      Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga, orang tua dapat mengembangkan potensi anak mereka sejak berusia balita, orang tua dapat mengarahkan apa dan kemana potensi yang dimiliki oleh anak mereka sehingga lahirlah generasi muda yang memiliki potensi sesuai minat masing-masing anak.
6.      Masalah-masalah generasi muda diantaranya adalah menurunnya jiwa nasionalisme, kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya, belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, tingginya jumlah putus sekolah, kekurangan lapangan kerja, kurangnya gizi yang menghambat perkembangan kecerdasan, banyaknya perkawinan dibawah umur, penyalahgunaan obat narkotika dan zat adiktif, masih adanya anak-anak yang hidup menggelandang, pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala penyimpangan perilaku (deviant behavior), masuknya budaya barat (westernisasi culture), dan masih merajalelanya kenakalan remaja.
7.      Faktor penyebab permasalahan pemuda adalah kurang dalam mengendalikan diri, kurang masa bersama keluarga, dan masalah ekonomi keluarga.
8.      Usaha menanggulangi permasalahan pemuda dapat dilakukan oleh lingkungan terutama pendekatan oleh keluarga dan pendidikan


Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Pemuda Sosialisasi Serta Peranannya.http://artikel
mak.blogspot.com. Diakses : 23 Februari 2014
Anonim. 2011. Pemuda dan Sosialisasi. http://teknikuim2011.blogspot.com. Diakses :
23 Februari 2014
Atmojo, Adi. 2012. Pengertian Pemuda dan Sosialisasi.
http://adiatmojo1.blogspot.com. Diakses : 23 Februari 2014
Bimo, Agustinus. 2012. Masalah Pemuda Sosialisasi.
http://agustinusbimo.blogspot.com. Diakses : 23 Februari 2014
Intan, Shindy. 2012. Masalah Kepemudaan. http://shindy1425.blogspot.com/. Diakses   : 23 Februari 2014